Rabu, 14 November 2012

“Puisi untuk Papa”


Wajahmu kini semakin layu
Rambutmu pun nyaris tak ada sehelai pun yang berwarna hitam
Seluruh urat-uratmu terlihat jelas membentuk jalan darahmu yang semakin pelan
Pipimu malah tak lagi terasa seperti saat aku masih bermain dipangkuanmu,lalu kau menempelkan pipimu dipipiku saat itu
Aku sedih kenapa kau berubah seperti ini.Apa kau sudah bosan bermain denganku? Atau kau lelah tuk bercanda dengan ku lagi?/
Kini kau hanya diam dan bertemankan dengan kasur rewot itu.sementara aku hanya melihat riup senyum kecilmu yang slalu membuat air mataku jatuh smakin deras.
Kau jahat....
Kau pembohong...
Mana janji-janji mu dulu?
Katanya kau ingin slalu menemanikudan bermain denganku,janji itu masih terngiang jelas dalam pendengaranku..,saat aku menangis dan kau gendong aku di pundakmu.
Sekarang mana janji itu!!
Ayolah..!
Berilah aku kepastianmu.,berbicaralah walau hanya sepotong kata untuk ku
Aku mencintai mu papa..

'doy'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Celoteh Derita Pinggiran

"Celoteh Derita Pinggiran"

“doy”

Lengang kolong jembatan usang

Gubuk nan rewot

Dingin menikam rapuh belulang pelu

Taman nan kumuh

Dalam rundung malang saat itu

Lelap sesak diatas kardus rongsokan

Selimut-selimut bekas menghujam impian durja

Tak

Kau

Pe

Du

Li

Kan

Itu

Keropos iman digrogoti keserakahan

Harta nan tumpah

Rakus merong-rong semak kapitalis

Jiwa nan kotor

Dikekang balada sembirat hitam

Terseok-seok mencari makan

Lapar-dahaga derita pinggiran

Sakit,pedih,rintih,menangis

Tak jua mereka dengarkan

Harus kemana lagi aku mengadu..?

Kutitip harap lewat desir angin dan riup simfoni

Sekelebat asa aku mengesot di jalan krikil-berduri

Mengibak fana hidup nan tetap merangkak

Inilah aku..rakyat kolong jembatan usang