Sabtu, 24 November 2012

“Hujan Bersahabat dengan Mentari Seabad Muhammadiyah”


Ribuan puluh jiwa manusia menyemut di stadion GBK (18/11/12).Nyaris tak ada bangku yang menganggur begitu saja.Gemuruh tepuk tangan dan lengkingan sorak-sorai pun mewarnai berlangsungnya acara milad Muhammadiyah yang ke 100 tahun itu.Namun,ada kendala yang sempat dan membuat rangkaian acara terhambat dan berjalan tak begitu kondusif.Apakah kendala itu memang sesuatu yang tak begitu indah dan diharapkan?
Berawal dari acara yang dibuka oleh MC dan dimulai dengan senandung merdu kalam illahi.Saat itu pula awan-awan yang memayungi stadion GBK tersebut mulai berarak rapi dan membentuk gumpalan gelap serta suara khas gemuruhnya yang hampir tak terdengar jelas.Diantara gumaman ribuan orang yang tak begitu hening itu kiranya terseliplah suasana alam yang begitu nyaman dan tenang.
Berbagai penampilan seni dari masing-masing daerah semakin memeriahkan acara milad seabad muhammadiyah.Tak kalah dengannya,tokoh-tokoh Nasional yang juga turut memeriahkan acara tersebut seperti wakil ketua MPR RI Hajriyanto Y Thohari, Menteri Kehutanan RI, Gubernur Jakarta, mantan ketua umum PB NU Hasyim Muzadi dan Mantan wakil Presiden sekaligus ketua PMI Jusuf Kalla diberikan kehormatan untuk menyampaikan kata sambutan.Jusuf kalla yang diberikan kehormatan itu menghasilkan apresiasi yang dahsyat dari para peserta dan terlebih apresiasi dari alam yang mulai mengguyurkan gerimis dan merambat pada hujan yang deras.
Diantara selaput derasnya hujan, acara tetap berlanjut dengan pidato Milad 1 abad Muhammadiyah oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Bapak Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, MA,yang merupakan inti acara yang dinanti-nantikan oleh para peserta Milad.Yang sedemikian membuat stadion GBK lagi-lagi kembali bergemuruh dan bergetar,seluruh peserta histeris dan memberikan apresiasi yang sangat mendalam ketika Pak Din menyapa seluruh peserta sambil melambaikan peci dengan tangannya diantara guyuran hujan yang membasahi sekujur tubuhnya.Sesuai dengan tema “Sang Surya Tiada Henti Menyinari Negeri”.Beliau berpesan untuk semua kader muhammadiyah untuk tetap semangat dan konsisten dalam membangun dan memberikan yang terbaik untuk negri.Beliau juga berkata dengan tegasnya “Walaupun hujan saat ini,tak akan menghentikan langkah kita untuk terus menyinari negeri,Bahkan dengan hujan ini lah sebagai suatu nikmat,anugrah,dan bukti bahwa Allah mendengar dan meridhoi acara dan langkah kita ini”.Sontak langsung di sambut dengan suara dan tepuk tangan oleh peserta milad.
Memang jelas bahwa hujan bersahabat dengan Sang Surya dalam 1 abad Muhammadiyah itu.Keridhoan dan suatu kenikmatan dari Allah seolah-olah dibuktikan saat berlangsungnya acara.Disisi lain,memang masih ada suatu rangkaian acara yang belum sempat di tampilkan.Ini membuat pementasan seni dan hiburan music yang sudah bersiap siaga dibelakang panggung tak sempat menampilkan diri dalam acara tersebut.Namun,hal itu tidak menyurutkan semangat mereka dan para peserta milad.Sebab faktanya,diantara berhentinya acara  dan derasnya hujan,sebagian para kader yang terlibat dalam IPM ataupun IMM masuk ke lapangan dan berlari mengelilinginya sambil mengibarkan masing-masing bendera mereka.Inilah yang membuat keistimewaan dari rangkaian acara tersebut,dan menunjukan bahwa memang semangat juang telah terpatri dalam jiwa kader-kader muhammadiyah.Hujan yang dikatakan kendala bukanlah suatu hambatan yang membuat rangkaian acara tak berjalan sesuai dengan harapan.Maka tidak benar bahwa acara tak berjalan kondusif dan indah.
Oleh karenanya,sudah barang tentulah Muhammadiyah sebagai suatu organisasi yang telah banyak berpartisipasi untuk negri baik dalam pendidikan,social,dan kesehatan untuk terus berlanjut dan konsisten pula dalam membimbing umat islam untuk menjaga ukhuwah agar tali persaudaran tetap terjalin dengan kuat.Yang sedemikian sesuai dengan tema 1 abad Muhammadiyah “Sang Surya Tiada Henti Menyinari Negri” dan terbentuk dalam perayaannya bahwa hujan bersahabat dengan sang surya itu sebagai bukti yang nyata dari keridhoan Allah swt.
Doy'


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Celoteh Derita Pinggiran

"Celoteh Derita Pinggiran"

“doy”

Lengang kolong jembatan usang

Gubuk nan rewot

Dingin menikam rapuh belulang pelu

Taman nan kumuh

Dalam rundung malang saat itu

Lelap sesak diatas kardus rongsokan

Selimut-selimut bekas menghujam impian durja

Tak

Kau

Pe

Du

Li

Kan

Itu

Keropos iman digrogoti keserakahan

Harta nan tumpah

Rakus merong-rong semak kapitalis

Jiwa nan kotor

Dikekang balada sembirat hitam

Terseok-seok mencari makan

Lapar-dahaga derita pinggiran

Sakit,pedih,rintih,menangis

Tak jua mereka dengarkan

Harus kemana lagi aku mengadu..?

Kutitip harap lewat desir angin dan riup simfoni

Sekelebat asa aku mengesot di jalan krikil-berduri

Mengibak fana hidup nan tetap merangkak

Inilah aku..rakyat kolong jembatan usang