Rabu, 28 November 2012

Temaram Kota Tua



Jalan raya tak lagi pekak
Trotoar tak lagi harus menutup hidung
Gedung-gedung pencakar langit tak lagi gersang
Rembulan menganggur

Selimut waktu prakira musim
Awan-awan mendung menangis saja
Bumi kedinginan tak jua masuk angin
Gemintang masih tidur

Biasanya jam segini orang-orang sperti kelelawar
Biasanya kini orang-orang menjilat jajanan
Biasanya dini orang-orang gitaran
Biasanya tak seperti sekarang

Pintu rapat tak bercelah
Jendela berkaca hitam dikunci
Lampu-lampu kecil dimatikan
Teras-teras masih lembab
Sendal-sendal hanyut di bawa arus
Carut marut dedaunan jatuh di badan halaman
Mata-mata dikatupkan
Badan di rebahkan
Mimpi di semayamkan

Keramaian tak bersahabat lagi
Hanya dentuman arloji saja yang menenmani
Malam yang semakin larut
kota tua makin merengut



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Celoteh Derita Pinggiran

"Celoteh Derita Pinggiran"

“doy”

Lengang kolong jembatan usang

Gubuk nan rewot

Dingin menikam rapuh belulang pelu

Taman nan kumuh

Dalam rundung malang saat itu

Lelap sesak diatas kardus rongsokan

Selimut-selimut bekas menghujam impian durja

Tak

Kau

Pe

Du

Li

Kan

Itu

Keropos iman digrogoti keserakahan

Harta nan tumpah

Rakus merong-rong semak kapitalis

Jiwa nan kotor

Dikekang balada sembirat hitam

Terseok-seok mencari makan

Lapar-dahaga derita pinggiran

Sakit,pedih,rintih,menangis

Tak jua mereka dengarkan

Harus kemana lagi aku mengadu..?

Kutitip harap lewat desir angin dan riup simfoni

Sekelebat asa aku mengesot di jalan krikil-berduri

Mengibak fana hidup nan tetap merangkak

Inilah aku..rakyat kolong jembatan usang