Minggu, 30 Desember 2012
gemericik kerinduan
di sini ada sebatang kara yang tak hengkang di sapu sang bayu sepi
menjilat keringat kemacetan jalanan
dan menghirup hiruk pikuk pesona eksotika ibu kota sendirian
di sini ada tubuh mungil tegak berjalan di atas sehelai tali
menahan keseimbangan tegar kehidupan
dan menerpa gentingan kesusahan yang menusuk ubun kepala sendirian.
kini selaksa rindu bertaut pada imaji kampung halamanku
disepanjang jalan sumatera
disegerombolan bocah yang berkumpul dibengkel kumuh
di masjid rewot kian lengang bersuarakan nada kakek sumbang
disudut sedap kuliner masakan sang ibu
dan singgasana sederhana berlumurkan gelak tawa dan getir canda senyuman
ada kenangan tertinggal disana.
kini bait kerinduanku tuntas memuncak tajam
menembus awan menuju taman
tunggulah sajakku sampai memeluk stasiun halaman
meski kini ku harus mendaki angan sendirian
Senin, 24 Desember 2012
Kursi panas IMM Ciputat
Gersang bai’at
Kamis, 13 Desember 2012
“Mau dibawa kemana pendidikan kita”
Selasa, 11 Desember 2012
“Sajak demokrasi”
Minggu, 09 Desember 2012
'Islam Juga berpolitik'
Sabtu, 08 Desember 2012
Rabu, 28 November 2012
Temaram Kota Tua
Sabtu, 24 November 2012
“Hujan Bersahabat dengan Mentari Seabad Muhammadiyah”
Jumat, 16 November 2012
Langkah pisah dengan mama
Mama...Masih terasa
sentuhan lembut mu tadi
Sentuhan yang
ku harap bukan akhir dari cerita kita
Mama...Masih membekas
hangat pelukanmu tadiPelukan yg ku
harap bukan tuk terakhir kalinya
Mama..Sungguh
teramat //Masih terukhir
jelas rona senyum indahmu tadi
Terpampang
rapi dalam ingatan ruang sepiku
Mama...Sungguh
teramat //Masih
terbayang elok paras wajah manismu ituDengan
lengkukan hijab menawan yang engkau bingkaikan
Membuat
bidadari-bidadari syurga iri melihatmu sayang
Mama...Celoteh
candamu,bisikan cintamu.desis tangismu,seringai amarahmu,riup senyummu....
masih terasa dekat,ternginang-ngiang dalam pendengaran ku.
Mama ...Taukah
dirimu..?Tadi..,langkah
kakiku amat berat terasa, sepertinya suara dan jeritan hatimu enggan membiarkan
eyunan langkah itu terus melaju. Begitu juga dengan hati ini yang sepertinya
menolak dengan semua ini.layaknya unjuk rasa terasa dalam perpisahan kita.Tadi
juga..,tubuh ini terasa tidak terima.lemas bergemelut.sesaat lambaian tanganku
mulai kaku tuk ku ayunkan.Ada apa dengan
semua ini?
Mama...Ingatkah
tadi..?Betapa eratnya
genggaman tangan ku..,Atau masih
ingatkah mah,dengan raut wajahku yang begitu pucat pasi tadi, atau bisakah mama
ingat,berulang-ulang kali aku trus memandangi mu...mama
Rabu, 14 November 2012
“Puisi untuk Papa”
Celoteh Derita Pinggiran
"Celoteh Derita Pinggiran"
“doy”
Lengang kolong jembatan usang
Gubuk nan rewot
Dingin menikam rapuh belulang pelu
Taman nan kumuh
Dalam rundung malang saat itu
Lelap sesak diatas kardus rongsokan
Selimut-selimut bekas menghujam impian durja
Tak
Kau
Pe
Du
Li
Kan
Itu
Keropos iman digrogoti keserakahan
Harta nan tumpah
Rakus merong-rong semak kapitalis
Jiwa nan kotor
Dikekang balada sembirat hitam
Terseok-seok mencari makan
Lapar-dahaga derita pinggiran
Sakit,pedih,rintih,menangis
Tak jua mereka dengarkan
Harus kemana lagi aku mengadu..?
Kutitip harap lewat desir angin dan riup simfoni
Sekelebat asa aku mengesot di jalan krikil-berduri
Mengibak fana hidup nan tetap merangkak
Inilah aku..rakyat kolong jembatan usang